MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IMPLIKASI
GLOBALISASI DAN SIKAP SELEKTIF TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI
Oleh :
1.
Fatkhul Ikhsan (05)
2.
Marsanto (16)
3.
Siti Sundari (24)
4.
Windi Astuti (30)
XII IPA3
SMA NEGERI 1 PURWANTORO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya
dengan globalisasi, kita dapat mengambil peranan yang lebih besar pada prakarsa
dan kreativitas warga masyarakat melalui berbagai infrastruktur teknologi
informasi dan transformasi, ekonomi, sosial-budaya, politik atau elemen
organisasi masyarakat.
Globalisasi
satu sisi memiliki implikasi yang positif bagi perkembangan ekonomi suatu
negara, akan tetapi pada kenyataannya skenario globalisasi ini hanyalah dibuat
semata-mata oleh orang orang yang berkepentingan (western world)
dengan maksud mendominasi. Dimana hal ini sebenarnya hanya khayalan belaka
untuk sebagian besar non-western world (negara-negara selain di barat). Semua
harapan jutaan orang di seluruh dunia telah sirna ketika mereka menyadari bahwa
sebenarnya globalisasi itu hanyalah sebuah permainan negara barat untuk
mendominasi secara menyeluruh di dunia. Seluruh negara yang menaruh kepercayaan
pada kerjasama finansial multinasional dan internasional,
organisasi-organisasi, bank, dan semua isu pembangunan ekonomi telah menyadari
bahwa mereka telah dengan cerdik ditipu.
Oleh
karena itu secara kritis globalisasi hanyalah sebuah trik semata dari
pihak-pihak barat untuk dapat masuk ke dalam negara-negara di seluruh dunia
dalam menanamkan hal-hal yang berkaitan dengan saling bekerja samanya seluruh
negara-negara di dunia, saling ketergantungan antar negara, pembangunan
bersama, dan hal lainnya, yang ternyata hanyalah sebuah intrik yang telah
disiapkan secara matang untuk dapat mendominasi dunia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana menentukan posisi terhadap implikasi
globalisasi terhadap bangsa ?
2.
Bagaimana menentukan sikap selektif terhadap pengarug globalisasi ?
C.
Tujuan
1.
Dapat menentukan posisi terhadap implikasi
globalisasi terhadap bangsa
2.
Dapat menentukan sikap selektif terhadap pengarug
globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menentukan
Posisi Terhadap Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa
Globalisasi merupakan
hal yang wajar dialami oleh bangsa negara baik pada masyarakat yang maju,
masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun masyarakat yang masih rendah
taraf hidupnya. Keragaman budaya dari berbagai belahan dunia membentuk
budaya global dan keragaman budaya di nusantara asehingga tidak menjadi pemecah
persatuah bangsa. Pudarnya bentuk kawasan regional yang diterpa globalisasi
diikuti oleh timbulnya orientasi-orientasi baru, dan membuat masyarakat dunia
dapat mengidentifikasi diri dalam proses pembentukan identitas sosial
masing-masing. Salah satu orientasi penting adalah timbulnya kutub-kutub
budaya. Sebagaimana yang kita lihat di berbagai penjuru dunia, terjadia arus kebangkitan
budaya sebagai aspek penting dalam proses globalisasi.
Berikut ini keempat resep dari
Consensus Washington, untuk menentukan posisi yang dapat diambil terhadap
implikasi dari globalisasi:
1.
Menghapus Berbagai jenis Subsidi
untuk Rakyat
Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang bijak apalagi diasaat sebagaian besar rakyat Indonesia sedang bergulat melawan krisis ekonomi. Kebijakan ini sesungguhnya hanya untuk kepentingan Negara-negara pengutang. Dalam kondisi krisis ekonomi justru pemerintah menekan rakyat untuk semakin berhemat. Tujuannya, Indonesia tetap dapat membayar hutang dengan bunganya meskipun terjadi penurunan devisa Negara. Ironisnya, di Negara kreditur hutang, justru menetapkan kebijakan memberikan subsidi besar-besaran bagi rakyatnya dalam berbagai sector penghidupan. Dan jumlah subsidi terus bertambah tiap taunnya tak pernah dikurangi. Padahal Negara tersebut sangat stabil dan relative maju.
Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang bijak apalagi diasaat sebagaian besar rakyat Indonesia sedang bergulat melawan krisis ekonomi. Kebijakan ini sesungguhnya hanya untuk kepentingan Negara-negara pengutang. Dalam kondisi krisis ekonomi justru pemerintah menekan rakyat untuk semakin berhemat. Tujuannya, Indonesia tetap dapat membayar hutang dengan bunganya meskipun terjadi penurunan devisa Negara. Ironisnya, di Negara kreditur hutang, justru menetapkan kebijakan memberikan subsidi besar-besaran bagi rakyatnya dalam berbagai sector penghidupan. Dan jumlah subsidi terus bertambah tiap taunnya tak pernah dikurangi. Padahal Negara tersebut sangat stabil dan relative maju.
2. Meliberalisasikan keuangan
Kebijakan ini terjadi saat krisis
ekonomi 1997 dan mengakibatkan bertambah terpuruknya perekonomian Indonesia.
Liberalisasi ini menghasilkan kesepakatan menggunakan dolar Amerika sebagai
nilai kurs Indonesia. Awalnya harga 1 dolar hanya Rp.2.500, begitu krisis
melanda, dolar melonjak hingga Rp. 19.000. Lojakkan ini menguntungkan pihak
pemilik dolar dan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Harga barang-barang
impor juga ikut melonjak. Neraca pembayaran Indonesia pun naik berkali-kali
lipat. Dolar tidak lagi sekedar nilai tukar, tetapi sudah menjadi komoditas
perdagangan. Pemerintah Indonesia seharusnya belajar dari RRC yang bertahan
tidak meng kurs-kan mata uangnya meski mendapat tekanan luar biasas dari
Negara-negara G-8, terutama Amerika Serikat. Kebijakan ini membuat RRC tidak
kena imbas krisis ekonomi tahun 1997.
3.
Meliberalisasikan Perbankan
Kebijakan ini semakin memperparah
perekonomian nasional. Dan juga
mengakibatkan modal masyarakat dapat saja dimasukkan dalam bank asing. Kemudahan bank asing beroprasi, tingginya suku bunga, dan berbagai fasilitas kemudahannya mengakibatkan perbankan nasional harus bersaing ketat. Padahal, perbankan nasional kerap kali dimanfaatkan pengusaha dan pejabat Negara untuk mengeruk keuntungan. Akibatnya, bank-bank nasional rugi. Dan kerugian ini harus ditutup oleh dana BLBI yang besarnya mencapai puluhan triliun rupiah.
mengakibatkan modal masyarakat dapat saja dimasukkan dalam bank asing. Kemudahan bank asing beroprasi, tingginya suku bunga, dan berbagai fasilitas kemudahannya mengakibatkan perbankan nasional harus bersaing ketat. Padahal, perbankan nasional kerap kali dimanfaatkan pengusaha dan pejabat Negara untuk mengeruk keuntungan. Akibatnya, bank-bank nasional rugi. Dan kerugian ini harus ditutup oleh dana BLBI yang besarnya mencapai puluhan triliun rupiah.
4. Melakukan
Privatisasi
Privatisasi adalah kebijakan untuk
menjual sebagaian atau keseluruhan saham BUMN keapada pihak swasta. Alas an
klasik menjadi dasar penjualan saham BUMN, yaitu adanya salah pengelolahan dan
korupsi yang melanda hampir seluruh BUMN. Hal tersebut menimbulkan ide untuk
menswastanisasikan atau memprivatisasi BUMN agar lebih efektif dan efisien
penglolahannya.
B. Menentukan Sikap Selektif Terhadap Pengarug Globalisasi
Dalam era
keterbukaaan dan globalisasi, bangsa Indonesia harus dapat bersikap selektif
terhadap pengaruh masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif
atau negatif didalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama negara dan
bangsaIndonesia. Pengaruh dari luar yang bersifat negatif, antara lain sebagai
berikut :
1.
perilaku menyimpang yang melanggar moralitas, etika,
dan kepatuhan
2.
merebaknya penyakit sosial
3.
pemakaian obat terlarang
4.
kriminalitas internasional
5.
pornografo dan dekedensi moral
6.
imbas krisis perekonomian dan moneter
7.
membanjiri produk- produk luar negeri
Oleh karena
itu, bangsa Indonesia harus mampu menyeleksi dengan baik dan teliti segala
bentuk pengaruh dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Bangsa Indonesia
tidak mungkin menutup diri dari pengaruh internasional yang begitu cepat.
Diperlakukan iptek yang canggih dari luar sangat membatu untuk menyempurnakan
kekurangannya dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang.
Tata nilai
dan budaya asing akan masuk dengan deras ke indonesia, seharusnya dapat diambil
mafaat atau keuntungannya. Apabila tidak memiliki ideologi yang kuat,
kewaspadaan, nasional yang tangguh, SDM yang baik maka bangsa Indonesia tidak
dapat memperoleh manfaat dan keuntungan dari globalisasi. Pendidikan nasional
indonesia diharapkan mampu menghasilkan SDM yang mempunyai kualitas yang
diperlukan memasuki kehidupan masyarakat yang kompetitif. Yaitu manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu menembangkan potensi diri, mampu bersaing
sesama manusia da masyarakat secara terbuka, memiliki kesadaran akan nilai
positif dan negatif dari arus globalisasi serta memiliki daya tahan yang tangguh
dengan suatu identitas budaya yang kuat dalam menghadapi dampak negatif
globalisasi. Selain itu, bangsa Indonesia telah memiliki nilai- nilai
kepribadian luhur, pandangan hidup, dan ideologi bangsa yang telah dikukuhkan
menjadi dasar negara, yaitu pancasila. Dengan demikian, Pancaasila berperan membawa kemajuan serta
kesejahteraan bangsa Indonesia.
SIMPULAN
Dari data
diatas dapat kami simpulkan bahwa :
1.
Globalisasi merupakan
hal yang wajar dialami oleh bangsa negara baik pada masyarakat yang maju,
masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun masyarakat yang masih rendah
taraf hidupnya dan Consensus Washington, untuk
menentukan posisi yang dapat diambil terhadap implikasi dari globalisasi yaitu Menghapus Berbagai jenis Subsidi untuk Rakyat, Meliberalisasikan keuangan, Meliberalisasikan Perbankan, Melakukan
Privatisasi.
2.
Dalam era keterbukaaan dan globalisasi, bangsa
Indonesia harus dapat bersikap selektif terhadap pengaruh masuknya budaya asing
yang tidak sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pengaruh tersebut dapat bersifat positif atau negatif didalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama negara dan
bangsa Indonesia. Maka bangsa Indonesia harus mampu menyeleksi dengan
baik dan teliti segala bentuk pengaruh dari luar negeri yang masuk ke
Indonesia. Bangsa Indonesia tidak mungkin menutup diri dari pengaruh
internasional yang begitu cepat.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar